![]() |
| Add caption |
- A. Transisi Demografi
Transisi Demografi adalah suatu proses penurunan mortalitas dan fertilitas suatu penduduk dari tingkat yang tinggi menuju ke tingkat yang rendah, atau dari “high growth potential” menuju “incipient decline”. Adapun tahap-tahap dalam Transisi Demografi:
- Tahap stasioner tinggi, ditandai dengan: tingkat kelahiran tinggi, tingkat kematian tinggi, pertumbuhan alami rendah. sebagai contoh: Eropa pada abad 14.
- Tahap Awal perkembangan, ditandai dengan tingkat kelahiran tinggi (ada budaya pro natalis), tingkat kematian lambat menurun, pertumbuhan alami lambat. Keadaan ini dapat dicontohkan di India sebelum masa PD II.
- Tahap akhir perkembangan, ditandai dengan tingkat kelahiran menurun, tingkat kematian menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran, pertumbuhan alami cepat.
hal ini terjadi di Australia, Selandia Baru tahun 1930an. - Tahap stasioner rendah, ditunjukkan dengan tingkat kelahiran rendah, tingkat kematian rendah, pertumbuhan alami nol/sangat rendah. Contoh: Perancis sebelum PD II.
- Tahap menurun, ditandai dengan tingkat kelahiran rendah, tingkat kematian lebih tinggi dari tingkat kelahiran, pertumbuhan alami negatif. Keadaan ini dapat dicontohkan terjadi di Jerman Timur & Barat tahun 1975.
Kritik:
Teori transisi ini pada dasarnya memuat peluang kelemahan. Gambaran yang diberikan masih tidak sempurna, seperti pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya disebabkan oleh penurunan kematian, tetapi juga naiknya fertilitas. Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi negara-negara berkembang seperti di Indonesia, di mana biasanya aspek-aspek yang menyebabkan penurunan mortalitas pada negara berkembang adalah: peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan, ekonomi, sosial dll.
- B. Bonus Demografi
Suatu masyarakat dikatakan mengalami bonus demografi bila 100 penduduk usia produktif hanya diimbangi oleh sekitar 40 – 50 penduduk usia tidak produktif. Dalam hal ini dapat dikatakan negara tidak menanggung beban yang terlalu berat. Bila keberhasilan program KB dapat dipertahankan dan berhasil mencapai Total Fertility Rate (TFR) sekitar 2,1 maka pada 2015-2025 Indonesia akan mengalami bonus demografi dengan angka ketergantungan (dependency ratio) sekitar 0,4 sampai 0,5.(bkkbn,2008)’
“JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia diperkirakan akan mendapat bonus demografi pada 2020-2030 yang menguntungkan dari sisi pembangunan. Bonus demografi adalah fenomena di mana jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak. Prediksi tersebut disampaikan anggota DPR Komisi IX, Surya Chandra, dalam Seminar Nasional Masalah Kependudukan di Indonesia, Kamis (22/4/2010) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. “Asalkan program KB (keluarga berencana) tetap berjalan, tahun 2020-2030 akan ada bonus demografi,” katanya. Chandra memaparkan, jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif. —
Meskipun sudah terprediksi, menurt Chandra, bonus demografi tidak akan tercapai jika tidak disertai dengan peningkatan pendidikan, akses pelayanan kesehatan, dan peningkatan gizi. “Jika tidak disiapkan, bonus demografi justru akan menimbulkan banyak masalah, terutama meningkatkan angka pengangguran dan pasti akan membebani negara,” imbuhnya.”
Masalah:
Dalam konteks ke Indonesiaan, bonus demografi ini akan berimplikasi pada meningkatnya angka penduduk produktif. Padahal, kuantitas ketersediaan lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja. Hal ini tentunya akan banyak menimbulkan pengangguran terbuka, dan setengah terbuka yang akan terus menjadi PR bagi pemerintah.
- C. Ketenagakerjaan
Usia kerja sering disebut sebagai usia di mana tenaga kerja secara potensial dapat melakukan kegiatan ekonomi produktif, dalam artian mampu untuk memproduksi barang dan jasa. Penduduk di suatu negara setidaknya dapat dikelompokkan menjadi 2:
Adapun ukuran dasar angakatan kerja adalah:
- Angka aktivitas kasar, di mana jumlah angkatan kerja dibagi dengan jumlah seluruh penduduk 15 tahun ke atas dan dinyatakan dalam presentase.
- Angka aktivitas menurut umur dan jenis kelamin, di mana jumlah penduduk angkatan kerja umur tertentu dibagi dengan jumlah penduduk penduduk 15 tahun ke atas dalam umur tertentu
- Angka aktivitas menurut jenis kelamin, jika angka aktivitas disajikan terpisah untuk laki-laki dan perempuan.
- Angka penyerapan angkatan kerja, berapa banyak jumlah angkatan kerja yang menyatakan sedang bekerja pada saat pencacahan.
- Angka pengangguran, berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan.
Dalam mengklasifikasikan komposisi penduduk yang bekerja, maka diklasifikasikan lapangan pekerjaan menjadi 10 golongan, di antaranya: 1. pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan, 2. pertambangan dan penggalian, 3. industri pengolahan, 4. gas, dan air, 5.bangunan, 6. perdagangan, rumah makan, dan hotel, 7. angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8. keuangan, asuransi, dan usaha persewaan bangunan, 9. jasa-jasa kemasyarakatan sosial, 10. kegiatan yang belum jelas.
Beberapa masalah ketenagakerjaan yang sering muncul adalah ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja (demand of labour), dan penawaran tenaga kerja (supply of labour). Di mana seringnya terjadi penawaran yang lebih besar dibandingkan permintaan, dan sebaliknya. Di mana dalam aktualnya berupa kelebihan penawaran tenaga kerja pada suatu jenis pekerjaan tertentu. Dalam konteks ke Indonesiaan, terdapat ketidakjelasan dalam politik ketenaga kerjaan nasional
Tabel di atas jelas menunjukkan bahwa tidak lebih dari 3% angkatan kerja tidak lulus perguruan tinggi, dan lebih dari 75% berpendidikan SMP ke bawah. Keadaanover supply dan pendidikan yang rendah pada akhirnya berimplikasi pada murahnya upah dan hanya jenis industri manufaktur ringan saja yang cocok untuk dibisniskan. Keadaan ini seharusnya disadari oleh pemerintah bahwa jenis industri ini tidak akan memberikan manfaat yang cukup signifikan terkait dengan mudahnya relokasi, peraturan yang longgar, dan melimpahnya tenaga kerja. Oleh karena itu, jenis industri ini tidak boleh diberikan kepercayaan yang besar dalam hal kuantitas penyerapan tenaga kerja. Dengan kondisi geografis Indonesia yang melimpah, sudah seharusnya sektor perkebunan, pertanian, perikanan, menjadi sektor usaha yang diminati oleh tenaga kerja. Steorotipe tentang menjadi petani atau pelaut adalah jauh dari kesejahteraan harus dihapuskan dalam benak tenaga-tenaga kerja Indonesia. Sektor ini jika dikembangkan dengan sangat professional pada dasarnya akan membuahkan hasil yang cukup signifikan.
Solusi Masalah Ketenagakerjaan Indonesia
Peliknya masalah ketenagakerjaan Indonesia, menuntut aksi nyata dari berbagai elemen untuk membantu menyelesaikan permasalahan ketenagakerjaan ini. Beberapa solusi yang dapat di ajukan:[ii]
- Meningkatkan advokasi buruh dalam hal peradilan.
- Terus meningkatkan anggaran pendidikan agar banyak muncul tenaga kerja terdidik.
- Jaminan sosial ketenagakerjaan terkait dengan tunjangan yang layak.
- Merubah concern dari pengembangan industr manufaktur ke leading sectors.
- Jaminan hukum dan kepastian berusaha bagi investor.
- D. Memproyeksikan Penduduk
Proyeksi penduduk lebih difungsikan untuk mengetahui keadaan penduduk pada masa depan atau untuk mengetahui keadaan penduduk pada masa lampau, dengan menggunakan data penduduk terkini yaitu sensus penduduk. Beberapa kegunaan proyeksi penduduk di antaranya untuk perencanaan pembangunan untuk menyediakan barang dan jasa sebagai tanggapan terhadap perkembangan penduduk masa depan. Selain itu, proyeksi penduduk juga difungsikan untuk membantu menentukan kebijakan pengendalian penduduk terutama dalam hal mengarahkan tren fertilitas, mortalitas, dan migrasi untuk mencapai suatu sasaran pembangunan tertentu. Dalam proyeksi penduduk dikenal dengan 2 metode pendekatan:
Metode aritmatik biasa digunakan jika data tentang pertumbuhan penduduk yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi, tidak diketahui sehingga yang digunakan sebagai data dasar membuat proyeksi penduduk hanyalah jumlah penduduk total. Sedangkan, metode komponen lebih difungsikan untuk melihat proyeksi penduduk dalam jangka waktu yang lama. Proyeksi komponen dikerjakan secara terpisah menurut segmen penduduk tertentu, dan umumnya menurut umur dan jenis kelamin. Dan untuk kategori umur seringnya dibuat dalam proyeksi lima tahunan. Proyeksi komponen biasanya dilakukan dengan metode uniregional yang menggunakan angka migrasi bersih total tanpa memperhatikan ke mana arus migrasi keluar dan masuk. Sementara multiregional memperhatikan arus masuk dan keluar didaerah tujuan tertentu. Dalam ranah ke Indonesiaan proyeksi penduduk dapat digunakan secara aplikatif untuk menunjang pembangunan nasional.
“The result of projection show that the total population of Indonesia will always increase in the next 25 years, from 205.1 million in 2000 to 273.1 million in year 2025. However, the average Indonesian population grows at 1.49% each year, then in 2000-2025 period and 2020-2025 period declines to 1.33 percent and 0,92 percent respectively each year. It is caused by both the decrease of fertility rate is faster than the decrease of mortality rate consequently the overall growth decreases.”[iii]
Hasil proyeksi ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia dalam beberapa tahun akan terus meningkat. Hal ini dikarenakan masih banyak jumlah perempuan dalam usia reproduksi sebagai akibat dari tingginya kelahiran di masa lalu. Penduduk tidak lagi mengalami pertambahan (Zero Population Growth=ZPG) setelah dalam jangka waktu yang panjang (minimal satu generasi) telah mencapai tumbuh seimbang yang diperkirakan akan dicapai pada tahun 2050 dengan jumlah penduduk 293 juta jiwa.
Sumber:
[i] Disarikan dari bab 9 & 10 Buku: Dasar-Dasar Demografi. 2010. Jakarta: Tim Penulis Lembaga Demografi FE UI .
[ii] Silaban, Rekson. 2003. Masalah Aktual Ketenagakerjaan dan Pembangunan Hukum di Indonesia. (Ketua Dewan Pengurus Pusat Konfederasi SBSI).
iv. Iskandar, N. 1977. Demografi Arti & Tujuan. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
v. Rowland, D.T. 2003. Demographics Methods and Concepts.Oxford University Press.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar